Rabu, 04 Maret 2009

Yang pertama datang di kedai minuman itu adalah seorang lelaki paruh baya dengan kantung mata dan raut wajah yang membuatnya tampak seperti pemurung. Ia datang dengan kemeja hitamnya yang dipadu-padankan dengan celana panjang, sepatu, dan jam tangan yang juga hitam. Kumisnya lebat dengan beberapa rambut yang masuk ke lubang hidungnya sementara rambut di kepalanya mulai menipis. Dia adalah seorang dosen. Di tengah malam ini ia tak begitu pandai menyembunyikan kesendiriannya. Ia duduk dengan postur bungkuk menghadap ke arah bar. Dan dengan ketenangan yang dibuat-buat sambil menggulung lengan panjang kemejanya ia berkata pada seorang pelayan wanita di depannya, “Berikan aku segelas minuman. Yang biasa.”

0 komentar: